Thursday, 10 March 2016

Melihat Perpustakaan Tertua di Kota Bogor


Miliki Koleksi Buku Dari Abad ke-17

Membaca kalimat perpustakaan tertua yang terbayang di benak kita adalah sebuah ruangan pengap penuh dengan debu dan gelap, persis seperti gudang buku.

Namun apa yang terbayang tersebut akan langsung pudar saat melihat perpustakaan di kawasan Taman Kencana tepatnya di Komplek Balai Penelitian Teknologi Perkebunan Indonesia. Seperti apa kondisi
perpustakaan yang berdiri sejak tahun 1926 ini ?

MEMASUKI kawasan Taman Kencana, berderet bangunan tua terlihat masih berdiri megah, mulai dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB sampai Balai Penelitian Teknologi Perkebunan Indonesia. Tidak ada yang menyangka didalam Balai Penelitian yang awalnya bernama Centralate proefstations vereniging (CPV) ini terdapat perpustakaan tertua di Kota Bogor yang masih mempertahankan fisik bangunan aslinya sehingga memberikan bernuansa klasik yang sangat kuat. 

Jajaran batu alam berwarna hitam menjadi penghias dinding luarnya. Namun ketika memasuki ruang perpustakaan, udara sejuk langsung terasa, jendela-jendela panjang dengan gaya Eropa terbuka lebar memberikan sirkulasi udara, untuk membantu penyimpanan ribuan buku yang tersusun rapi dimasing-masing rak yang masih tampak bersih dan mengkilap.

Bangunan perpustakaan yang berdiri sejak 1926 ini dibangun oleh seorang arsitek keturunan Belanda yang lahir di Tulung Agung 1982 Ir F J L Ghijsels. Dari tangan dinginnya juga terlahir berbagai bangunan yang kini menjadi bangunan bersejarah, seperti stasiun Jakarta Kota dan ratusan bangunan tua lain yang tersebar diseluruh Indonesia.

Perpustakaan tersebut memiliki koleksi 7000 buku dan 450 majalah, yang sebagian besar merupakan buku yang diproduksi dari tahun 1930-an dan berbahasa Belanda, namun ada pula buku-buku karya anak negri, namun semua koleksi diperpustakaan tersebut seluruhnya berisi tentang dunia perkebunan.

Dari salah satu koleksi yang disimpan secara khusus di kotak kayu, adalah sebuah buku tertua yang diproduksi pada tahun 1705 atau dari abad ke-17 yang berjudul D'Amboinsche Rariteitkamer yang dikarang Georgeus Everhardms Rumphius.

Penanggung Jawab Tumah Tangga Balai Penelitian teknologi Perkebunan Indonesia Rudi A Trianto menceritakan, meski agak merepotkan dalam perawatannya, karena buku-buku yang dikelolanya merupakan buku tua.

"Namun dengan berbagai teknik penyimpanan seperti diberi lampu untuk mengurangi kelembaban, kamper juga penyedot debu, buku-buku tersebut bisa terhindar dari kerusakan dan serangan kutu." ungkapnya. (*)(Rita Ariyanti)

No comments:

Post a Comment